KOMPAS.com - The
Climate Reality Project yang didirikan mantan Wakil Presiden AS, Al Gore,
menyelenggarakan kampanye tentang realitas krisis iklim secara global dalam 24
jam.
Setiap satu jam akan dilakukan presentasi. Secara
total, presentasi ini dilakukan oleh 24 presenter, di 24 zona waktu, dalam 13
bahasa, dengan 1 pesan utama.
Para penyaji akan melakukan presentasi dengan wahana
multimedia yang dibuat oleh Al Gore. Mereka akan mengungkap realitas krisis
iklim ekstrim yang mereka alami, berupa bencana-bencana seperti banjir,
kekeringan, dan badai.
Juga akan diungkapkan apa kaitan antara bencana
tersebut dengan polusi akibat aktivitas manusia yang telah mengakibatkan
perubahan iklim. Semua presentasi akan dilakukan tepat pukul 19.00 waktu
setempat.
Rantai presentasi tersebut dimulai dari Mexico City,
Meksiko, Boulder di Colorado, AS, Victoria (Australia), Kotzebue (Alaska),
Polinesia (di bawah Perancis), Hawai (AS), Tonga di Laut Pasifik Selatan, Auckland
(Selandia Baru), Pulau Solomon, Canberra (Australia), Seoul (Korea Selatan),
Beijing (China), dan di urutan ke-13 adalah Jakarta.
Di Jakarta, presentasi dilakukan oleh Charles Wirawan
yang telah bergabung dengan The Climate Reality Project Indonesia sejak tahun
2009, dulu namanya adalah The Climate Project.
Sejak Al Gore menyajikan film The Inconvenient Truth
tahun 2006, sejak itu pula muncul kontroversi apakah perubahan iklim benar
terjadi. Untuk itu, The Climate Reality Project menjawabnya dengan presentasi
tersebut. Di lokasi -lokasi tempat presentasi dilangsungkan, memang sungguh
terjadi dampak dari krisis iklim.
Jakarta misalnya, merupakan lokasi yang sering dilanda
banjir yang semakin lama semakin parah, sementara Beijing kini semakin terancam
oleh krisis air. Sementara sekitar 30 juta penduduk China diperkirakan pada
tahun 2020 harus menjadi pengungsi akibat krisis air.
Presentasi 24 jam global ini, akan membuka mata warga
dunia tentang realitas terjadinya krisis iklim. "Pihak-pihak yang menyangkal
terjadinya krisis iklim memang memiliki uang, namun kami memiliki
realitas," ungkap Presiden dan Direktur Eksekutif The Climate Reality
Project Maggie L Fox.
Sementara Al Gore menegaskan, dalam krisis iklim tidak
ada batas politik. Badai yang mengerikan dan panas yang mematikan terjadi
dengan frekuensi tinggi di seluruh dunia. Pertanyaan satu-satunya adalah
seberapa cepat kita bisa beraksi? (The Climate Reality Project/Brigitta Isworo
Laksmi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar